Teknik green screen dan blue screen banyak digunakan untuk mengganti latar belakang (background) sebuah scene film/video maupun foto. Baik green screen atau blue screen yang perlu diperhatikan adalah tata pencahayaan dari screen tersebut harus cukup terang dan merata agar didapatkan hasil yang bersih pada saat keying dan compositing dengan foregound object-nya.
Teknik blue screen digunakan sejak era video analog, sedangkan teknik green screen banyak digunakan pada era video digital. Namun, pada dasarnya colour keying menggunakan kedua warna ini cocok diterapkan pada warna kulit manusia. Diperlukan 2 sumber sinar yang terpisah, yakni untuk foreground object dan untuk green/blue screen-nya sendiri. Jarak antara foreground dan background tidak boleh terlalu dekat untuk menghindari colour spill. Lighting setup untuk green dan blue screen sederhana dapat digambarkan sebagai berikut.
0 Comments
Dengan semakin banyaknya penggunaan kamera DSLR untuk shooting video, maka kita cenderung menderita kelelahan pada jari-jari tangan kanan karena harus memegang kamera dengan stabil dalam waktu yang lama. Body kamera foto memang tidak dirancang untuk dipegang seperti sebuah handycam. Oleh karenanya, diciptakan sebuah produk yang disebut DSLR rig.
Pada dasarnya alat ini merupakan sebuah sistem penyangga kamera. Dengan rig, kita dapat menempatkan kamera, lighting, dan microphone secara bersamaan. Banyak model rig yang telah diproduksi sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas berat yang dapat ditanggungnya. Untuk keperluan video lighting yang praktis dan multifungsi terdapat sebuah produk LED ligting yang portable. LED lighting ini bisa digunakan sebagai sumber continuous lighting pada sesi foto maupun video. Keunggulan utamanya adalah temperatur sinar (3200K-5500K) dapat dipilih karena adanya sistem matriks pada lampu ini. Selain itu, terdapat tombol pengaturan intensitas sinar yang dipancarkan.
Membuat slideshow dari kumpulan gambar atau foto sudah umum dilakukan. Namun, ada beberapa tips yang berguna untuk membuat slideshow dengan cepat dan memukau. Pertama, gunakanlah software Photodex Proshow Producer yang merupakan software pembuat slideshow secara custom serta lengkap dengan efek-efek tampilan.
http://www.photodex.com Pada saat ekspor hasil video, perlu diingat satu hal, yaitu gunakan frame rate 29,97 fps (NTSC) atau kelipatannya untuk mendapatkan efek panning yang smooth. Ini semacam rule of thumb untuk software ini. Software ini sudah tidak dijual dan di-update lagi dan digantikan dengan software bernama Photopia mulai tahun 2020. Sebagai alternatif, dapat menggunakan software PTE AV Studio (dahulu bernama PicturesToExe) yang mempunyai fitur yang mirip dengan Proshow. Sebuah CCTV switcher dapat digunakan untuk memantau input dari multi-camera video secara bersamaan dan dapat mengeluarkan output sinyal dari kamera yang kita ingini saja. Untuk mengetahui apa yang ditangkap oleh masing-masing kamera, tersedia 1 port khusus pada switcher untuk memonitor gambar video secara keseluruhan. Pada port "VGA-out" akan ditampilkan gambar full screen dari input video yang dipilih, sedangkan pada port "monitor" akan ditampilkan gambar picture-in-picture (quad channel) dari semua input video.
Presentasi di ruangan meeting yang besar umumnya memerlukan lebih dari 1 LCD projector/monitor. Untuk itu, kita dapat mendistribusikan sinyal VGA dari sebuah notebook ke banyak projector/monitor dengan bantuan alat yang disebut VGA Splitter/Distributor. Manfaat dari video spiltter ini adalah dapat menyalurkan sinyal VGA sampai ratusan meter karena memiliki amplifier di dalamnya.
Adapun untuk penggunaan multi-input, kita dapat menambahkan alat VGA selector sebelum splitter ini. Frameserver adalah sebuah software plug-in video yang menghubungkan software video editor dengan software video encoder. Dengan menggunakan frameserver, output media dilakukan oleh video encoder eksternal, bukan dari encoder built-in video editor itu sendiri. Frameserver menghasilkan sebuah file "intermediate AVI" yang akan menjadi input untuk video encoder. Software frameserver yang baik adalah DebugMode Frameserver.
Sebelumnya, software frame server ini free, tetapi mulai tahun 2021, software ini berubah nama menjadi CuminCode FrameServer yang berbayar. Dengan demikian, kita dapat menggunakan video encoder seperti TMPGEnc Video Mastering Works yang baik kualitas output-nya. Untuk menangkap detail action yang berlangsung dengan cepat dapat digunakan teknik shooting high speed. Disebut high speed karena kamera akan merekam footage pada kecepatan frame rate yang tinggi, misalnya 100 atau 120 fps. Pada saat footage di-playback pada speed normal (24, 25, atau 29,97 fps), footage tersebut akan terlihat menjadi slow-motion.
Beberapa kamera DSLR saat ini sudah ada yang mempunyai fitur perekaman high speed. Biasanya, frame rate videonya dapat dipilih secara manual pada bagian setting. Bagi sebagian kamera, fitur ini hanya dapat dijalankan dengan menurunkan resolusi gambar dari HD menjadi SD. Lighting pada shooting high speed harus cukup terang dan bebas flicker, Lampu LED array dengan arus DC dan lampu HMI yang menggunakan arus AC dengan ballast khusus yang bebas flicker adalah sumber lighting yang cocok. Untuk membuat efek 3D pada video dapat dilakukan dengan bantuan plug-ins 3D Element dari Video CoPilot.
http://www.videocopilot.net Plug-ins ini adalah untuk software Adobe After Effect. Animasi 3D dapat langsung dilakukan tanpa harus menggunakan software eksternal 3D lainnya. Video encoder TMPGEnc Video Mastering Works (versi 6) kini support format video terbaru dengan codec H.265/HEVC dan output resolusi sampai 8K.
http://tmpgenc.pegasys-inc.com/en/product/tvmw6.html Kualitas video encoder ini termasuk sangat baik. Di samping itu, Adobe Media Encoder CC juga merupakan opsi video encoder yang tidak kalah kualitas output-nya. |
AuthorMultimedia Archives
September 2024
Categories |