Cara mengetahui audio codec apa yang sedang digunakan oleh sebuah Bluetooth audio device (misal, Bluetooth TWS earphone atau Bluetooth speaker) yang terkoneksi dengan sebuah smartphone adalah dengan menggunakan aplikasi bernama Bluetooth Codec Changer. Meskipun nama aplikasinya codec changer, tetapi belum tentu dapat mengganti audio codec yang sedang aktif digunakan. Namun, ini bukan berarti penggantian atau pemilihan codec tidak dapat dilakukan oleh aplikasi Bluetooth Codec Changer. Hal ini tergantung juga pada faktor kekuatan chipset dari smartphone dan earphone, jenis codec yang didukung oleh smartphone maupun oleh earphone, versi Bluetooth dari smartphone & earphone, versi OS Android dari smartphone, dan faktor hardware lainnya. Ada beberapa macam Bluetooth audio codec saat ini. Di antaranya adalah SBC (subband codec) yang paling dasar dan paling umum digunakan. Kemudian, ada AAC (Advanced Audio Codec) yang lebih baik kualitas audionya. Codec AAC banyak digunakan untuk audio/video streaming seperti YouTube. Lalu, ada codec AptX (dari Qualcomm) dengan beberapa variannya (misal, AptX HD, AptX LL). Ada juga codec LDAC (dari Sony) dan codec LHDC (dari Huawei). Perbedaan masing-masing codec terletak pada kualitas audio yang dihasilkan dan besarnya nilai latensi. Profil codec disesuaikan dengan penggunaannya. Misal, audio codec untuk gaming sedapatnya memiliki nilai latensi yang rendah, sedangkan untuk mendengarkan musik atau audio Hi-Fi dibutuhkan codec dengan bit depth, sampling rate, dan bit rate yang tinggi. Bluetooth audio device dan smartphone yang sedang terhubung harus sama-sama mendukung audio codec yang sejenis agar transfer data audio berjalan efektif. Jika sebuah smartphone dapat mendukung codec SBC, AAC, AptX, dan LDAC, sedangkan Bluetooth earphone-nya hanya mendukung codec SBC dan AAC, maka koneksi audio antara kedua device itu hanya dapat terjadi dengan codec SBC atau AAC saja. Bahkan, karena faktor-faktor tertentu hanya dapat terkoneksi melalui codec SBC saja. Informasi tentang audio codec yang di-support oleh sebuah Bluetooth audio device juga dapat diketahui melalui komputer/laptop dengan menggunakan software Bluetooth Tweaker. Di samping itu, untuk mengganti audio codec dari sebuah TWS melalui komputer/laptop, dapat menggunakan software bernama Alternative A2DP Driver.
0 Comments
Mikrofon dari smartphone dapat digunakan sebagai mikrofon untuk laptop atau desktop. Caranya adalah dengan menghubungkan smartphone dan laptop melalui jaringan Wi-Fi atau melalui kabel USB dengan koneksi USB tethering. Gunakan aplikasi dan software AudioRelay yang di-install di smartphone dan laptop. Aplikasi AudioRelay akan melakukan proses audio streaming antara kedua device tersebut. Koneksi melalui jaringan Wi-Fi menjadikan smartphone sebagai wireless microphone, tetapi ada kemungkinan suara dapat hilang atau terputus-putus. Nilai latency atau delay-nya juga cukup besar (maksimum 100 milidetik saja agar tidak nampak lag). Disarankan menggunakan koneksi melalui kabel USB via USB tethering karena sinyal lebih stabil dan suara tidak putus-putus. Sebagai catatan, untuk smartphone dengan sistem operasi Android 10 dan di atasnya, audio streaming dapat diterapkan untuk suara dari mikrofon dan suara dari aplikasi internal smartphone; sedangkan untuk Android 9 dan di bawahnya, audio streaming dapat diterapkan untuk suara dari mikrofon smartphone saja. Menggunakan smartphone sebagai mikrofon eksternal untuk laptop mempunyai beberapa kelebihan sebagai berikut. 1. Tidak perlu membeli mikrofon tambahan atau audio interface untuk merekam suara voice over di laptop. 2. Kualitas suara mikrofon dari smartphone rata-rata jauh lebih bagus (lebih jernih) ketimbang mikrofon bawaan laptop. Malahan ada smartphone tertentu yang mempunyai mikrofon stereo. Di samping itu, volume mikrofon dapat di-boost jika terlalu kecil. 3. Dapat menghindari gangguan elektrik (electrical interference) berupa suara dengung (hum/buzz) yang disebabkan oleh masalah yang berkenaan dengan "grounding". Masalah "grounding" yang dimaksud di sini adalah gangguan hum noise yang umumnya terjadi pada mikrofon USB, audio interface, sound card USB, atau terjadinya "ground loop" pada laptop. Sebagai solusi praktis dan cepat untuk mengatasi problem "grounding", lepaskan colokan power adaptor/charger dari laptop. Namun, untuk laptop yang baterainya sudah lemah, hal ini akan menjadi masalah. Jika suara dengung sudah pasti diakibatkan oleh terjadinya ground loop pada laptop, dapat menggunakan alat yang disebut USB ground loop isolator (misal, iFi iDefender+). Harga alat ini relatif mahal. Ada juga yang menjual modul rakitannya yang lebih murah. Namun, semua ini belum tentu berhasil menghilangkan hum/buzz noise secara total. Harus dengan cara trial and error. Kelemahan utama menggunakan smartphone sebagai mikrofon eksternal adalah tidak kebal terhadap gangguan medan magnet (magnetic interference) yang terjadi di sekitarnya. Sebuah video yang sedang di-playback di smartphone via aplikasi media player tertentu, umumnya dapat di-zoom-in dengan cara "mencubit" (pinch) layar smartphone tesebut. Namun, bagaimana cara zoom-in video yang dijalankan di komputer/laptop? Gunakan software VLC Media Player. Software ini memiliki fitur "Interactive Zoom" yang dapat membesarkan area tertentu dalam gambar video yang sedang dijalankan. Cari menu "Tools", "Effects and Filter", "Geometry", dan beri centang pada opsi "Interactive Zoom". Akan muncul tampilan kotak jendela preview kecil dan sebuah bingkai area di pojok kiri atas jendela VLC. Geser-geserlah bingkai area pada gambar yang hendak di-zoom-in. Untuk mengatur besar-kecilnya gambar, geserlah skala yang ada di bawah jendela preview. Jangan lupa untuk mematikan kembali tanda centang pada opsi "Interactive Zoom" jika sudah tidak digunakan. Kadangkala hasil rekaman video MP4 dari smartphone mempunyai volume suara yang sangat kecil. Bahkan, nyaris tidak terdengar tanpa menggunakan earphone.
Sebuah video MP4 yang suaranya kecil, dapat dibesarkan volume audionya dengan bantuan aplikasi Android bernama FFmpeg Media Encoder. Pada bagian template dari aplikasi ini tuliskan parameter script sebagai berikut. -c:v copy -af loudnorm=i=-14:lra=11:tp=-1 di mana: -c:v copy = menggunakan codec video yang sama dengan sumbernya af loudnorm = loudnormalization audio filter i = integrated loudness (-14 dB) lra = loudness range (11 dB) tp = true peak (-1 dB) Hasil encoding videonya akan mempunyai volume suara yang kencang dan sesuai standar loudness untuk video YouTube. Kualitas gambar videonya sendiri tidak terdegradasi dan akan sama seperti aslinya. Parameter script FFmpeg: -af loudnorm=i=-14:lra=11:tp=-1 berlaku juga untuk memproses file audio MP3 atau WAV yang suaranya sangat pelan. Sebuah in-ear headset smartphone (kabel maupun wireless) dapat dijadikan sebagai alat bantu pendengaran dengan menggunakan aplikasi Android bernama Hear Boost. Dengan aplikasi Hear Boost ini, mikrofon dari headset akan menangkap suara sekeliling dengan sangat sensitif dan dapat merekamnya ke dalam file audio berformat WAV. Jika menggunakan earphone jenis TWS (True Wireless Stereo) dengan koneksi BlueTooth, maka mikrofon internal dari smartphone-lah yang menangkap suara (bukan mic yang ada di earphone TWS). Jika menggunakan microphone wireless yang receiver-nya dikoneksikan ke smartphone via USB-C port, maka mic wireless itulah yang menangkap suara.
Aturlah volume suara headset dan besarnya "Volume Boost" dari aplikasi agar suara tidak pecah dan feedback. Misalnya, jika volume headset ditaruh di level 70%, maka "Volume Boost"-nya cukup 4x saja. Jika volume headset ada di level 50%, maka "Volume Boost" dapat dinaikkan sampai 8x. Sebagai catatan, volume boost-lah yang mempengaruhi besar-kecilnya suara hasil recording (file WAV), sedangkan volume headset hanya berfungsi untuk monitoring saja pada saat recording berlangsung. Yang perlu diperhatikan adalah jangan menaikkan "Volume Boost" terlalu tinggi secara tiba-tiba karena mudah feedback. Naikkan "Volume Boost" secara bertahap. Jangan pula menggunakan aplikasi ini tanpa menggunakan headset atau earphone! Hati-hati dengan volume suara yang terlalu keras pada headset! Untuk mendengarkan suara vokal atau suara orang berbicara yang keluar dari speaker internal notebook/laptop dengan lebih jelas, dapat menggunakan software FxSound. Software ini juga dapat memperjelas suara yang keluar dari speaker portable USB yang disambungkan ke port audio laptop/notebook.
Pilihlah preset suara ke "Voice" agar kata-kata yang diucapkan (spoken words) terdengar lebih jelas dan lantang. Ini berguna bagi yang sering mendengarkan berita, dialog, tutorial, ceramah, khotbah, bahkan audio ASMR (Autonomous Sensory Meridian Response). Jika digunakan untuk menonton film, maka sound effect dan foley sound (misal, suara bunyi langkah sepatu, gemericik air, suara gesekan antara benda-benda) akan terdengar lebih jelas. Selain itu, suara instrumen musik tertentu, seperti petikan gitar akustik, dapat terdengar lebih menonjol. Sebagai catatan, harap berhati-hati jika menggunakan earphone/headphone karena suara dapat menjadi terlalu keras. Aturlah volumenya agar pas didengar. Untuk merekam suara dari berbagai sumber input ke dalam masing-masing track audio secara bersamaan di sebuah komputer, dapat menggunakan software Goldwave. Ini berarti 1 sumber suara untuk 1 track audio dan tidak bercampur (tidak mixed). Hal ini dapat bermanfaat untuk keperluan multi-tasking. Misalnya, merekam suara dari mic headset dan pada saat yang bersamaan merekam suara dari sumber lain.
Berikut ini adalah contoh penerapan. Jika ingin merekam vokal dengan diiringi gitar akustik. Perlu 2 mikrofon; 1 mic untuk vokal dan 1 mic untuk instrumen gitar. Audio direkam dalam track yang terpisah masing-masing. Kemudian nanti di-mix menjadi sebuah lagu dengan suara vokal yang terdengar lebih jelas. Sebagai catatan tambahan, komputer/notebook pada umumnya hanya mempunyai 1 port audio combo bawaan untuk input mikrofon. Namun, dengan menggunakan mic USB atau sound card USB, input suara dapat lebih dari satu. Untuk menjadikan webcam sebagai Internet Protocol (IP) camera, dapat menggunakan sebuah smartphone dan aplikasi IP Webcam Pro atau IP Webcam (versi gratis). Fungsi smartphone di sini adalah sebagai server ke device lainnya (misal, komputer) dan sebagai penyedia alamat IP. Caranya adalah sebagai berikut. 1. Pertama-tama, smartphone harus sudah log-in ke router Wi-Fi yang ada di rumah. Lalu, install aplikasi IP Webcam Pro atau IP Webcam di smartphone Android. 2. Hubungkan colokan USB-A dari webcam ke port USB-C atau micro USB-B dari smartphone menggunakan adapter OTG. Akan muncul pop-up menu untuk membuka aplikasi pembaca webcam yang sudah ada dalam smartphone. Pilihlah app IP Webcam Pro dan gambar video dari webcam akan muncul di layar dengan sedikit delay. Nampak juga di layar adanya protokol HTTP atau HTTPS address berupa alamat IP (misal, http://192.168.1.2:8080) yang dapat dituliskan ke address bar web browser (misal, Chrome) di device lain (misal, komputer, notebook, atau smartphone lainnya). 3. Di sisi web browser, akan muncul tampilan menu untuk mengatur setting gambar webcam secara terbatas sesuai properties webcam yang digunakan. Terdapat fungsi untuk merekam video dan gambar foto. Tentukan di mana file video atau foto tersebut akan disimpan di smartphone melalui aplikasi IP Webcam Pro tersebut. 4. Karena webcam sudah berfungsi sebagai IP camera, maka dapat dibuka juga melalui software OBS Studio di komputer dengan mengetikkan alamat protokol RTSP (misal, rtsp://192.168.1.2:8080/h264_aac.sdp) di bagian input "Media Source". Perlu diingat, streaming video MP4 melalui jaringan Wi-FI dan protokol RTSP selalu ada delay sebesar 2-3 detik, bahkan lebih lama jika kecepatan jaringan Wi-Fi-nya lambat atau overload. Sebagai catatan dan perhatian, tidak semua webcam kompatibel dengan smartphone. Artinya, ada merek webcam yang tidak dapat terdeteksi oleh smartphone model tertentu atau Android versi tertentu. Jadi, silakan dicoba dengan aplikasi IP Webcam versi gratisnya terlebih dulu sebelum beralih ke versi yang Pro. Meskipun webcam tidak terhubung, aplikasi ini akan mengambil gambar video dari kamera smartphone itu sendiri. Hanya tinggal mengklik tombol "Start server" pada app tersebut, kini smartphone-nyalah yang berfungsi sebagai IP camera. Smartphone Android yang sudah jarang digunakan, dapat dijadikan sebagai "security camera", walaupun tidak untuk terus-menerus. Untuk itu, install aplikasi Android yang bernama Motion Detection Ultimate (MDU). Aplikasi ini akan merekam video selama durasi tertentu atau mengambil rangkaian foto ketika ada pergerakan objek tertangkap oleh kamera smartphone. Sensitivitas dan mode motion detection-nya dapat dipilih sesuai objek yang akan dipantau. Smartphone dapat diposisikan secara vertikal (portrait) atau horizontal (landscape) di atas light stand tripod yang sudah dipasang ball head (opsional) dan pegangan/holder handphone. Taruhlah tripod di tempat yang aman agar jangan sampai jatuh karena tersenggol atau "dicuri". Untuk menggunakan fitur night mode dari aplikasi MDU ini, sistem operasi smartphone harus sudah mendukung teknologi "Camera2 API" (minimum Android 11). Sebagai catatan, sistem Android smartphone yang sudah mendukung "Camera2 API" dapat mengatur shutter speed dan nilai ISO kamera secara manual. Umumnya, diperlukan shutter speed yang lambat (1/15-0,3 detik) dan ISO yang tinggi (ISO 6400-8000) untuk kondisi minim cahaya. Namun, waspadalah terhadap adanya blur dan lag pada speed yang terlalu lambat serta banyak noise pada ISO yang terlalu tinggi.
Kamera video digital atau handycam yang sudah lama tidak digunakan perlu di-set kembali waktu dan tanggalnya sebelum merekam video. Jika tidak, maka semua file video MP4 yang akan direkam setelah itu tidak akan sesuai dengan tanggal dan jam sebenarnya. Date & time tag sebuah file video MP4 sangat banyak dan bervariasi sesuai manufaktur device/kamera video yang digunakan. Namun, umumnya dapat dibagi dalam beberapa grup/kelompok, seperti "QuickTime" tags, "XMP" (Extensible Metada Platform) tags, dan "File" tags. Dalam grup "Quicktime" tags, terdapat 3 sub-grup yang mempunyai date & time tag, yakni: a) Tag untuk format/codec video, yang terdiri dari "create date" dan "modify date"; b) Tag untuk track video, yang terdiri dari "track create date" dan "track modify date"; c) Tag untuk track audio, yang terdiri dari "media create date" dan "media modify date". Selebihnya, ada tag tentang encoding time, date acquired, date/time original, release date, content create date, creation date, location date, year, dan lain-lain. Di samping itu, masih ada date/time file properties yang merupakan bagian dari grup file properties video MP4 itu sendiri dalam lingkungan sistem operasi Windows, yang meliputi "file modification date/time", "file access date/time", dan "file creation date/time". Date & time tag dari file video dapat diubah sekaligus dengan menggunakan program command-line bernama ExifTool. Download-lah ExifTool yang versi "stand-alone Windows executable" dan rename "exiftool(-k).exe" menjadi "exiftool.exe". Contoh baris perintah ExifTool untuk mengubah date & time tag dari sebuah file video MP4 ke tanggal dan jam tertentu: exiftool -time:all="2023:04:30 07:00:00" -wm w "video001.mp4" dan exiftool -Quicktime:Time:All="2023:04:30 07:00:00" "video001.mp4" Sedangkan untuk mengubah date/time file properties dari file video, dapat menggunakan software Touch (bisa diunduh dari link: http://stevemiller.net/downloads/ctb11w32.zip). Contoh baris perintah untuk mengubah date/time file properties dari sebuah file video MP4: touch /c /m /a /d 04-30-2023 /t 07:00:00 "video001.mp4" ("File access date/time" akan berubah-ubah sesuai dengan waktu akses terakhir ke file video MP4 tersebut). Untuk mengubah date/time file properties ke current local time system Windows (date/time yang nampak di systray): touch /c /m /a "video001.mp4" Untuk hanya melihat date/time tag dan date/time file properties dari sebuah file video MP4, dapat menggunakan baris perintah: exiftool -time:all "video001.mp4" Software yang dapat digunakan untuk melihat seluruh date/time tag serta date/time file properties dari file video MP4 adalah Metadata++. Ada beberapa metadata date/time tag dari file video yang tetap tidak dapat diubah. Ini sangat berguna untuk kepentingan forensik, terutama untuk penelusuran sebuah video apakah sudah diedit atau tidak. Oleh karenanya, setting date/time dari device (handycam, kamera digital, kamera CCTV) sangat penting. Syukurlah device jaman sekarang sudah otomatis terkoneksi dengan Wi-Fi dan waktu di internet, sehingga kesalahan date/time dapat dihindari. Sebagai catatan tambahan, perlu diketahui ada 2 sistem waktu berdasarkan zona wilayah atau koordinat bujur bumi, yaitu waktu lokal (local time) dan waktu UTC (Coordinated Universal Time). Waktu lokal adalah waktu yang berlaku berdasarkan lokasi tempat/zona kita berada sekarang; sedangkan waktu UTC adalah waktu berdasarkan suatu lokasi di garis bujur bumi 0 derajat yang dijadikan sebagai koordinat acuan (ada di Greenwich, London). Oleh karenanya, dulu disebut juga dengan waktu GMT atau Greenwich Mean Time. Untuk zona WIB (Waktu Indonesia Barat) yang lebih awal 7 jam dari waktu UTC, waktu lokalnya adalah UTC+07:00 (offset +7 jam dari waktu UTC). Jadi, jika waktu lokal menunjukkan pukul 08:00 pagi (WIB), maka waktu UTC-nya adalah pukul 01:00 pagi dan dituliskan menjadi pukul 01:00 (UTC) atau pukul 08:00+07:00, jika yang dimaksud adalah waktu lokalnya. Hal ini menjadi penting karena beberapa kamera video (misal, kamera smartphone) menulis date/time tag yang ada di grup "QuickTime" tags dalam waktu UTC (offset 00:00), bukan dalam waktu lokal. Bahkan, ada juga device yang menamai file video MP4 hasil rekamannya berbasis waktu UTC. Contoh date/time tag dari sebuah file video MP4 smartphone yang dituliskan dalam waktu UTC, sedangkan nama file ditulis dalam waktu lokal. Perhatikan, waktu lokal (WIB) berbeda dengan waktu UTC sebesar 7 jam lebih awal (UTC+07:00). Di sini waktu WIB sudah menunjukkan pukul 02:26:06 pagi (tanggal 8-5-2023), sedangkan waktu UTC masih pukul 19:26:06 malam (tanggal 7-5-2023). |
AuthorMultimedia Archives
December 2024
Categories |