Webcam USB umumnya disertai dengan mikrofon mono/stereo yang dapat difungsikan sebagai mic USB. Webcam-nya sendiri cukup dicolokkan ke port USB komputer/notebook dan tidak perlu diaktifkan gambarnya.
Gunakan software Audacity untuk merekam suaranya. Jika level/gain dari mic-nya kecil, maka dapat di-boost dengan software Peace (+10 sampai +20 db) dan di-noise reduction dengan software Krisp (lihat artikel berjudul "Menaikkan Level Suara pada Mic USB Komputer"). Sesuai kebutuhan dan jika budget mencukupi, pilihlah brand webcam USB yang dilengkapi dengan mic stereo dan kualitas audio yang baik.
0 Comments
Webcam yang biasanya digunakan di komputer/notebook, dapat dicolokkan di port micro USB/port USB type-C smartphone (yang mendukung OTG), dan berfungsi sebagai kamera USB eksternal. Untuk mendeteksi dan merekam video hasil gambar webcam-nya, dapat menggunakan aplikasi USB Camera (versi Pro) dan USB Camera Viewer. Untuk webcam USB yang dilengkapi dengan mic, audionya juga dapat direkam dengan aplikasi ini. Dapat juga menggunakan mic external (jack TRRS) yang dicolokkan ke port audio smartphone sebagai sumber audionya. Sebagai catatan, panjang kabel webcam dengan resolusi 480p beserta extension cable USB-nya ke smarphone tidak melebihi 4,5 meter saja, sedangkan untuk kabel webcam plus extension-nya ke komputer dapat mencapai 7,5 m, bahkan lebih. Sebagai catatan, kabel ekstender/extension USB (versi 2.0) ada yang tipe pasif dan ada yang tipe aktif (ada tambahan sirkuit penguatnya). Jika panjang kabel ekstender USB sudah mencapai 10 meter atau lebih, disarankan menggunakan yang tipe aktif (ada booster-nya). Namun, semakin panjang kabel, maka frame rate akan drop dan gambar mengalami patah-patah, ghosting atau delay. Jika gambar video mulai terlihat scrambled di bagian bawah, tengah, atau atas, berarti kabel USB-nya sudah terlalu panjang. Untuk webcam dengan resolusi HD 720p atau full HD 1080p, tidak dianjurkan untuk menggunakan extension cable USB atau USB hub. Jack USB (type-A) dari kabel webcam harus langsung dicolokkan pada port USB di smartphone (dengan menggunakan adapter USB type-A ke micro USB type-B atau USB type-C) atau pada port USB di komputer untuk mendapatkan frame rate yang tinggi dan gambar yang tidak scrambled. Kadang-kadang setting codec untuk video harus di-set ke YUY2 atau malah ke MJPEG agar gambar video dari webcam dapat muncul di layar smartphone. Ini semua tergantung dari model webcam dan smartphone yang digunakan. Tidak ada aturan yang baku; harus trial-error. TV Android mempunyai menu home screen bawaan yang kadangkala terlalu "ramai" dengan banyak aplikasi yang tidak digunakan. Kita dapat membuat sendiri menu layar untuk membuka aplikasi-aplikasi tertentu saja yang sering digunakan. Untuk membuat custom menu, dapat menggunakan app ATV Launcher Pro.
Untuk membuat app ATV Launcher Pro terbuka sendiri setelah TV dinyalakan, dapat menggunakan aplikasi Launch on Boot. Kelemahannya, ada waktu delay yang agak lama sampai custom menu-nya terbuka. Pada saat kita menonton video online (misal, YouTube) ber-subtitle bahasa asing di smartphone/tablet, kadangkala ada kata atau istilah yang tidak kita ketahui artinya. Umumnya, kita akan membuka kamus online (misal, Google Translate) secara manual, lalu mengetikkan kata tersebut untuk menerjemahkannya ke bahasa Indonesia.
Namun, dengan bantuan aplikasi video player Android bernama LSubs, maka kita cukup menyentuh (mengetuk/tap) kata atau rangkaian kata dalam subtitle tersebut untuk memunculkan artinya. Lebih praktis dan cepat, bukan? Cocok untuk yang sedang belajar memperdalam kosakata bahasa asing. Untuk mixing hasil rekaman suara dengan suara yang lain atau dengan background music di komputer, dapat menggunakakan software Audacity; sedangkan untuk mixing suara di smartphone, dapat menggunakan aplikasi MixPad. Keduanya cocok untuk para podcaster karena mendukung multitrack sound editing.
Sebagai catatan tambahan, gunakan mouse eksternal untuk mempermudah penggunaan aplikasi MixPad. Untuk mendapatkan rekaman suara yang jelas dan bersih (loud and clear), perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut. 1. Rekamlah suara melalui smartphone atau tablet ketimbang melalui komputer, tetapi ini tidak mutlak. Tergantung juga dari kondisi ruangan, apakah cukup senyap dan tidak bising. Jika ruangannya sudah di-sound treatment khusus agar kedap suara, maka rekaman melalui komputer lebih baik. Rekaman suara menggunakan komputer menghasilkan desis (noise) yang lebih besar daripada menggunakan smartphone. Namun, merekam suara dengan smartphone mempunyai kelemahan adanya suara gangguan gelombang elektromagnetik yang dapat masuk pada hasil rekaman, khususnya jika sinyal selular melemah dan sedang menggunakan mic lavalier USB atau mic wireless (lihat contoh di bawah). 2. Rekamlah suara dengan menggunakan mikrofon kondenser yang diperkuat dengan phantom power +48 V. Hasil rekaman dengan mic kondenser yang diperkuat dengan phantom power akan menghasilkan input gain yang besar dan noise yang kecil (nilai rasio signal to noise yang besar) dalam ruangan yang kedap suara atau tidak banyak terdapat gangguan background noise. Phantom power yang digunakan haruslah benar-benar yang menghasilkan tegangan voltase +48 Volt. Beberapa mixer audio yang dilengkapi dengan sound card USB mempunyai tombol phantom power, tetapi hanya mixer audio USB yang menggunakan catu daya dari adaptor eksternal-lah yang mampu menghasilkan voltase yang cukup ke mic kondenser. Mixer audio USB yang mengambil daya langsung dari port USB biasanya kurang mendapat tegangan yang cukup (karena hanya 5 Volt). Sebagai catatan, pada umumnya kepala jack mic kondenser adalah tipe TRS. Oleh karenanya, gunakan konverter jack TRS ke TRRS (combo jack) pada saat dicolokkan ke port headset smartphone. 3. Dapat juga menggunakan mic USB untuk mendapatkan level suara yang tinggi. Namun, menggunakan mic USB menghasilkan noise yang lebih besar daripada menggunakan mic kondenser. Mic USB dapat berupa mic lavalier (mic clip on, mic lapel) ataupun mic kondenser dengan jack sound card USB. Perhatikan dengan seksama agar tidak terjadi gangguan suara elektromagnetik akibat sinyal selular yang lemah dan masuk ke dalam hasil rekaman. 4. Gunakan aplikasi perekam suara yang mendukung fitur menaikkan (boost) gain dan noise reduction, seperti Easy Voice Recorder Pro dan Voice Recorder. Umumnya, sinyal input dari mic kondenser atau mic USB masih harus dinaikkan beberapa desibel (kira-kira 3 sampai 6 db) agar maksimum. Di samping semuanya itu, mic headset dengan kualitas yang baik pun dapat digunakan untuk merekam suara yang cukup jelas dan bersih. Tentunya masih perlu di-boost beberapa desibel (kurang lebih 6 db) agar level suara maksimum.
Untuk membuat video slideshow dari file-file foto/gambar dengan efek "pan & zoom" atau efek "Ken Burns" yang halus (smooth), dapat menggunakan software PhotoFilmStrip.
Keunggulannya software PhotoFilmStrip ini adalah output videonya dapat dipilih dari ukuran HD (720p), full HD (2K), ultra HD (4K dan 8K). Bahkan, frame rate-nya dapat dipilih hingga 60 fps. Makin tinggi resolusi, makin tajam dan detail gambarnya saat zooming. Makin tinggi frame rate, pan motion menjadi semakin smooth dan bebas flicker. Sebagai catatan, pilihlah frame rate 30 fps ketimbang 25 fps untuk efek "panning" yang lebih smooth. Di samping itu, software ini dapat menghasilkan file subtitle SRT secara tersendiri. Ini berarti teks keterangan dari foto/gambar tidak di-burn-in dalam video slideshow-nya. Kekurangannya, tidak dapat menerima file video sebagai input-nya dan tidak ada efek lain selain "pan & zoom". Ada software lainnya yang dapat digunakan, seperti Slideshow Studio HD dari Ashampoo. Namun, efek panning-nya tidak terlalu halus karena output videonya dibatasi pada frame rate 25 fps saja, meskipun resolusinya dapat mencapai ultra HD 4K. Selain itu, software slideshow yang dapat menghasilkan efek "pan & zoom" serta efek-efek lainnya yang baik adalah AMS SmartSHOW 3D dan WnSoft PTE AV Studio Pro (sebanding dengan software Proshow Producer yang sudah tidak beredar lagi) yang harganya cukup mahal, tetapi sangat powerful. Cocok untuk para fotografer yang ingin merangkai hasil fotonya dengan tampilan slideshow yang nampak profesional. Software video editor pun dapat digunakan untuk membuat slideshow yang lebih kompleks dengan mencampur image dan video bersama-sama. Sebagai contohnya adalah software VSDC Video Editor yang memiliki fitur membuat video slideshow serta mengeditnya dengan lebih mendetail pada editor timeline. Gunakan frame rate projek pada 60 fps untuk mendapatkan gerakan panning yang halus dan bebas kedip. Dapat juga menggunakan software Movavi Video Editor Plus yang dapat menghasilkan video slideshow sampai 120 fps. Di sinilah kuncinya, gunakan selalu frame rate yang tinggi untuk membuat video slideshow "pan & Zoom" yang halus. Untuk membuat slideshow dengan efek "pan & zoom" di aplikasi Android, dapat menggunakan app bernama Motion Ninja. Aplikasi ini sebenarnya adalah sebuah aplikasi video editor dan animasi yang berbasis keyframe. Kendala utama mic USB atau mikrofon yang dicolokkan langsung pada sound card eksternal USB di komputer adalah tidak adanya pengaturan microphone boost pada level suara untuk menaikkan input gain yang lemah. Untuk mengatasinya, gunakan cara sebagai berikut. 1. Pertama-tama, install software Equalizer APO. Pada bagian konfigurasi "Capture devices", pilihlah device mikrofon yang digunakan, yakni USB PnP Audio Device. Kemudian, restart komputer. 2. Install software Peace Equalizer yang merupakan antarmuka (GUI) dari software Equalizer APO di atas. Sebagai catatan, konfigurator untuk "Capture devices" juga dapat dibuka dari software Peace ini. 3. Geser slider pada bagian "Pre Amplifying" pada nilai +10 db sampai +20 db. EQ di-set ke "on" dengan konfigurasi "Equalizer default (flat)", "Voice" (untuk more bass) atau "Vocal" (untuk more treble). Input gain dapat di-boost (maks +30 db) selama tidak terjadi clipping. Konsekuensinya, semakin tinggi level suara, semakin banyak noise. 4. Untuk menghilangkan background noise input mic USB-nya secara real time, dapat menggunakan aplikasi desktop bernama Krisp. Cara di atas adalah solusi secara software. Idealnya, untuk mendapatkan input gain suara yang besar, haruslah dari sisi hardware, yakni gunakanlah mic condenser USB dengan phantom power +48V. Dari sekian banyak software untuk burning DVD-video disc, ada satu yang lengkap dan baik yakni Ashampoo Burning Studio.
Dikatakan lengkap karena software ini dapat membuat struktur folder DVD (AUDIO_TS dan VIDEO_TS) secara otomatis dari file-file video. Jadi, tidak perlu menyiapkan folder VIDEO_TS-nya terlebih dahulu dengan software DVD authoring yang terpisah. Selain untuk burning DVD-video disc, Ashampoo Burning Studio ini berfungsi juga sebagai software all-in-one untuk burning semua jenis disc multimedia (gambar, video, audio). Aset media berupa file-file video footage, audio, dan gambar yang diimpor untuk proses editing sebuah video, dapat berasal dari berbagai sumber. Letak sumber asetnya pun dapat berada di hard disk internal maupun eksternal.
Pada saat mengedit video, buatlah sebuah folder yang menampung semua file aset yang akan diimpor di satu tempat saja. Yang penting di sini adalah folder itu harus berada di partisi atau hard drive internal yang terpisah dengan program video editing, yang biasanya berada di primary drive C. Misalnya, tempatkan folder aset tersebut di drive D, E, F, dst. Hal ini berguna agar akses ke file-file aset tersebut tidak tersendat-sendat pada saat di-playback di timeline. Jika memungkinkan, jangan menggunakan hard disk eksternal/portable untuk mengedit video. Gunakan selalu secondary hard drive internal atau partisi "slave" pada primary drive. |
AuthorMultimedia Archives
September 2024
Categories |